Minggu, 23 Februari 2020

Tik-tik-tik, cit ilat tanah liat negeri titik...

(2019)
Rinai hujan
Melantunkan suara tik-tik-tik secara bersamaan.
Curah deras hujan turun-menurun.
Tanah airku diteteskan hujan.
Ibu Pertiwi subur, meleburkan hujan dengan genangan.
Rasakan.......
suara ini, memilih mati dari kemarau yang panjang.
Sialan........
membanjirkan sawah. Ibu Pertiwi busung lapar.
Terserah........
besok makan apa?
Tuhan.......
bumi Pertiwi sedang gundah gulana.
Berkelana
tikus-tikus berteriak cit-cit-cit

Lampu mati.
Gelap gurita.
Tanda suka duka.

Kidung agung, marah
Di atas mendengar keluhan kami
Kembali lagi
Listrik.
Kemudian bahan pokok
Di colok pas.
Bahan bakar 
tak semestinya meledak.
Kedok ragi
Jasad reformasi
Tak dihargai 
Tidak semestinya dibeli
Kepada birokrasi.

Sepatuhnya kami, membuka aura kasih
Air mata hujan ini, penderitaan kami di alam bebas sengsara, lebih baik kami murni mati.

Tidak ada komentar:

Kumpulan Tulisan Martubu

Novel Keluarga Otoriter

Kenalkan aku Horas Samosir, anak si pangoaran dari samosir sidari. Sebentar aku ini lahir di Rajamaligas, Pematang Siantar. Ayahku seora...

Hukum Tubumar