Minggu, 23 Februari 2020

Tubuku si tubu

                         
Awalan

Namaku isal, anak kecil masih kecil sekali, umurku Empat tahun. Di tahun 2020 umurku ganjil di bulan Maret bertambah satu tahun umurku menjadi lima tahun.
      Bersyukur apa yang sudah diberi tuhan karena aku belajar membaca dan menulis. Di Paud aku mulai membaca huruf alphabet. 
       Aku masih anak-anak biasanya aku makan bubur dan susu dibuat oleh ibuku. Oh iya ayahku baru saja kerja. Aku punya rutinitas, rutinitasku itu setiap ayah berangkat kerja mengajakku keliling komplek dengan sepeda motornya Supra X 125.
        Aku suka mencorat-coret buku yang baru di belikan ibuku. Buku tulis bergambar Spongebob Squarepants. Betapa suka aku kepada Spongebob dan Patrick.
       Kadang aku menulis di tembok rumah yang aku tempati bersama ibu dan ayahku. Meminta buku gambar A4 bergambar di covernya lingkaran ada mata dan bibir yang senyum, buku gambar yang ramah, selalu senyum kepadaku.
          Aku mengikuti senyuman yang ada di cover buku gambar tersebut. Ibu melihatku dan berkata: jangan corat-coret ditembok lagi ya. Aku menjawab: a. A saja karena aku masih kecil.
         Masuk paud membaca huruf alphabet. A-Z susah aku mengucapkannya. Yang aku bisa mengucapkannya A,H,K,dan T sudah itu saja.

          Membaca harus dijawab: A,H,K,T. Sudah itu saja, hehehehe itu waktu kecilku.


              









  Imbuhan

Imbuhan adalah awalan yang dicampur relatif kecil daripada awalan. Semua bersuka ria, aku bersyukur mempunyai orangtua yang hebat. Tidak ada kekurangan dan kelebihan, hanya pas-pasan saja, jangan beralih untuk tidak bersyukur. Bersyukur saja, secukupnya, belebihan hanya berpura-pura.
  Ibuku sedang memasak, memakai tameng kain. Ibu  membuat makanan menjadi enak. Tercipta masakannya baunya menggoda. Jadi lapar aku. 
    . . .
Makan bersama ibuku, ayahku sedang bekarja di kantor. Aku merasa hampa makan malam kali ini tanpa ayah. Tidak apa-apa, aku tidak perlu ngeluh, ayah pasti makan juga.
     Ayahku makan pas waktu kita makan, dan berdoa pun sama. Ibu menyuruhku makan diawali dengan makan. Dan mengucapkan " Selamat makan ayah "
Ayah pun sama mengucapkan " Selamat makan ma, dan isal." 
      . . .
Jangan dahulu ngeluh karena ngeluh itu hampis sama dengan kata menyerah. Buatlah yang indah dalam kejadian.




             









Isyarat 
Aku bertemu anak yang sulit berbicara. Melihatnya kelaparan, ketika aku berjalan ke sekolah abis naik angkot. Ibu selalu memberiku nasi di tempat makan. Aku suka masakan itu. Aku memberi anak yang ke sulutan itu makananan dan tempat makannya juga. Itulah bukti Iklash, bahwa memberi tanpa pamrih, dan jangan setengah memberi. 
       Anak itu memainkan tangannya untuk mengatakan sesuatu. Aku tidak tahu apa itu tandanya. Aku berbicara dan ia meminta kertas. Tangganya gerak seperti menulis. Aku beri kertas dan pena. Ia mencatat " Aku tubu, yang aku gerakan tari bahasa tubuku. " Anak kecil bisu.
         Aku mengatakan " Aku isal, senang bisa kenalan denganmu." IaIa menulis lagi
     " Terimakasih makanan yang kau beri." Selesai menulis mengembalikan buku dan pena.
      Aku menjawab " Sama-sama". Bunyi bel berdering. Aku mengatakan lagi " Aku masuk dahulu ya, " Melambaikan tanganku " Dah. "

    . . .

Aku masuk dan memasukan buku dan pena. Makanan ku tidak ada lagi, aku harus kuat menahan lapar. Karena aku memberi harus Iklash.
     Aku harap bahasa tubu itu adalah tubuku


   










Si Tubu

Berjam-jam di sekolah menahan lapar, jam sepuluh pulang aku di jemput ibu naik motor. Aku suka naik motor di depan, aku mengengam tangan ibu, aku ingin menjadi pembalap. Ngeng-ngeng-ngeng aku berkata.
       Melihatnya dari jauh tubuku itu sepintas berjalan di trotoar jalan. Aku menyuruh ibu berhenti. Berhenti sejenak. Turun dan lari.

       " Ada apa sal " ibuku rem dadakan. Aku lari dari motor. Ibu memanggil namaku Sal-Isal-Isal
     Akhirnya aku bertemu dimana Tubu berada di dekat rumahku. Aku mengambil kertas dan ia mulai menulis seperti ini " Tubuku adalah tubumu" 
Aku heran anak sekecil itu seperti malaikat berjalan bercahaya memantulkan dari matahari. 
        " Aku isal yang tadi. " Kataku. Aku membisu.
       Ia mencatat kembali " Bisumu membuat kamu ke UGD " 
       Aku masih kecil, ia seperti cukup pintar, hanya saja ia memiliki kekurangan. Ia kembali menulis.         " Kamu harus bersyukur. "
        Aku mengatakan " Iya Tubu "
Ibu menghampiriku menstandarkan motor. 
       " Kenapa sal " ibuku.
         " Ini kawanku dari tubuku katanya Bu, " aku heran.
           " Kamu bisu " ibuku. Tubu mengangguk.
      Akhirnya Tubu bersamaku naik motor. Dan di antarkan ke rumahnya. Tetapi ia menyuruhku masuk. Tak tahu apa. Keluarganya ternyata sudah tidak ada. Ia sebatang kara. Aku akan bersamanya seperti apa yang ia katakan " tubuku adalah tubumu." Melihat ada alat musik Ukulele, semacam gitar. Ibuku masuk dan mengucapkan salam. " Isal sini kamu, " ibuku 
" Kenapa Bu, " aku
" Kamu kalau masuk di rumah orang harus ucapkan salam " ibuku 
" Iya Bu maaf aku salah. " Aku masuk kembali ke rumah Tubu.
" Assalamualaikum" aku mengucapkan salam di agama Islam.
     Ia membawa buku yang ingin sekali ia perlihatkan ke orang banyak. Buku tulis tebal yang ia kasih ke aku itu tulisan cerita ia bertahan hidup di sini sejak bayi. Tak ada yang ngasuh ia, yang ngasuh ia sudah tidak ada juga yaitu neneknya. Memberiku buku itu banyak sekali kata demi kata. Di halaman pertama menulis judul " Aku" dan di halama kedua " Tetap bersyukur."
     Buku tulis itu seperti berkat yang kasih ke aku, sampai sekarang aku membacanya, gaya bahasanya sangat bagus, jadi aku hanya mengetik ulang di Microsoft word 2010 di laptop. Sekarang aku ingin berkarya. Tubu ada dalam tubuhku , karena ia sudah pas di dalam tubuhku ini.  

Setelah memberi buku itu, aku pulang dan aku tidak melihat Tubu lagi, dan aku ke rumahnya ternyata rumah itu tidak ada juga. Aku mencarinya tidak ada, dimana dia, aku ingin sekali berbicara dengannya, dan hatiku berkata " jika kau ingin bertemu denganku, maka kau harus belajar bahasa tubuh terlebih dahulu. " Itu isi hatiku yang berbicara. Dan ini ceritanya, aku tidak menulis disini aku hanya mengetik apa yang ia beri kepadaku. Buku itu buku yang bagus bila di miliki anak-anak jika ingin bersyukur, tetapi di buku itu ada gambarnya, tetapi aku tidak bisa menggambar, aku hanya bisa mengetik dan menambahkan kata yang kurang. Buku itu selalu aku baca, dan aku membacanya terus menerus, tak bosan, setiap membaca aku bersedih di dalam kamar. Semoga bisa bertemu denganmu Tubuku.

          












   


Aku di SD 
Aku sudah mahir membaca di kelas satu, karena niatku ingin membaca apa yang Tubu beri kepadaku. Tak mungkin aku berbohong, aku selalu membawa buku itu ke sekolah dasar.
       Janjiku akan memberi tahu kepada seluruh manusia. Aku memberinya ke anak kelas Empat, dia namanya Adis. Adis selalu juara satu, mungkin ia pintar karena sering membaca, aku berikan saja ke dia. 

        " Kak adis, aku ada titipan dari malaikat "
         " Titipan apa Sal "
          " Titipan buku ini, " Buku merek sidu bergambar animasi kartun 00'an.
           " Baca saja kak, " kak adis membaca dan habis dalam setengah jam, ia membacanya waktu jam istirahat.
         
   ... 
" Ini adalah tulis yang tak asing lagi," katanya si kak adis. " Ini berceritakan tentang ia selalu bersyukur dan tersenyum menerima masalah " lanjut kak adis bicara.
     " Kau harus bisa temukan ia, di alam yang berbeda, bahwa yang menulis ini sudah meninggal di tahun 1997. " Kak adis bicara
     " Iya kak, " aku
      " Iya, sekarang kamu harus membacanya sekarang, apakah kamu bisa membaca ? " Tanya ke aku.
      " Bisa, tetapi aku masih mengeja " aku berkata.
       " Teruslah membaca sampai bintang yang akan kamu eja. "
         " Iya kak, " aku membawa buku malaikat tersebut.
     
       . . . 
Melangkah ke kelas satu. Aku membacanya terus menerus tak bosan-bosan. Aku ke kamar mandi ingin kencing ada yang menangis, dan ternyata itu adalah kak Adis.

     " Buku itu membuat aku ingat terus menerus. " Kak adis sambil menangis.
      " Kenapa bisa membuat kakak menangis, " 
       " Kalimat tersebut berbeda, tulisan sambung itu adalah syair yang terus mengalir. "
        " Jangan coba kau beri ini kepadaku lagi, aku tidak ingin kau menyuruhku membaca buku ini " kak Adis. 
        " Bacalah kak, tolong sedikit saja di Bab 1 " aku memohon kepada kak Adis. Di bacanya
        " Pada suatu hari, terjadinya bentrok, menimbulkan kematian bersamaan, dia dalam tokoh itu (kak Adis tidak tahu siapa yang didalam tokoh utama itu), melahirkan keadaan ibunya pas meninggal akibat bentrok, dan ia di ambil oleh nenek-nenek untuk menuju ke surga. Tetapi ia tetap bersyukur walau ia tidak di dunia, (habis membaca) sudah segitu saja, ternyata di dalam buku ini sudah tidak ada tokoh utama, karena tokoh utamanya sudah meninggal, kau harus membacanya terus-menerus hingga tamat. "
       Kring-Kring-Kring bel berbunyi
    . . . .

Aku sudah tahu sekarang bahwa tubu itu jelmaan malaikat, dan selama ini aku benar menduganya, bahwa ia sudah ada disurga. Dan ia ingin menceritakan tentang ia hidup walaupun hanya sedetik. 

       Dan ini lah ceritanya aku sudah sangat mahir membaca dan bisa mengambil ide pokok di dalam tulisan jelamaan malaikat itu. Karena aku sudah 100X membacanya berulang-ulang.

      














 Aku di rahim

Aku lahir di Cepu Jawa tengah, ibuku sekarang notaris dan ayahku hanya pebisnis. Oh iya aku tidak ingin memperkenalkan namaku. Karena aku hanya ingin melihat orang ini bernama isal tersenyum dan bersyukur saja.
      Diriku masih didalam kandungan, baru satu hari. Melihat aku sudah masuk ke rahim ibu. Aku terus berputar-putar di sekeliling perut ibu, aku sudah berumur 3 Minggu. 
       
           Anusku sedikit demi sedikit memanjang. Aku bisa melihat ibuku manjaga makanan, dan ayahku menyuruhnya untuk tidak jalan-jalan keluar, karena sangat berbahaya. Mana mungkin ibuku tidak boleh keluar hanya untuk membeli bumbu masakan.
       Melihat si ibu membeli bumbu masak, ayahku sangat emosian terhadap ibuku ketika tidak di turuti aturannya.
       Sampai disana aku mendengar suara teriakan yang sangat kencang. Aku kaget, dan mulai menendang-nendang, dan ibuku terlihat lemas. Itu semua karena ayah ibu jadi pingsan. 
        Ayahku meminta maaf, kepada ibu, dan ibu tampak marah, ayahku memang romantis dan humoris. Ia mengelus perut ibu dan membicarakan, di perut ibu, ibu melihat ke samping. 
  " Maafkan ayah ya nak " ayah sambil mengelu-ngelus perut ibu.
   Ibu tersenyum " Ayah janji tidak akan marah sama ibu lagi " ayahku mencium perut ibu.
       " Kau marah ke aku, anakmu juga kena Omelan yang keras itu tadi " ibu marah
       " Maaf ya Bu, dan dek " ayah tidur disamping ibu di ranjang.
        " Iya, tapi jangan ulangi lagi " aku berkata didalam janin.
            . . .
Ayah tidur lupa bahwa ada tender yang mengiurkan. Kalian harus tahu ayah itu marah, karena kalah tender, dan ia mencoba tender yang menengah, untuk menutupi uang yang kalah.
       Ibu seorang notaris, punya banyak uang di dompetnya, ia memberi aku susu Prenagen, susu paling mahal di Toko bayi.
        Ayah juga punya banyak uang juga, ia mampu membeli banyak mainan. Dan membeli perlengkapan bayi. Itu pesan ayah ke ibu, waktu ibu dinyatakan hamil (aku mendengarnya).
              . . . 
Aku tersenyum di rahim ibu, karena ibu sedang senyum, ibu haus aku pun ikut haus, ibu lapar aku pun ikut kelaparan, jadi itu kalau ibu ada masalah, maka masalah itu akan menimpa aku juga.
     Ayah tidak ada sangkut pautnya, ayah hanya sebagai pendukung untuk ibu, bisa melahirkan dengan baik tidak ada cacat.
      Ini baru kisah aku pertama, dimana akmakin membesar sedikit dari sebelumnya. Ibu tertidur di dalam, dan mimpikan aku menjadi bayi nanti. Sekarang kita bermain di dalam mimpi ibuku. Langsung saja aku masuk ke dalam mimpinya.

       Tampak aku selalu di jaga, ibu memakai baju daster, ayah melihat perut ibu, mulai di nyanyiin lagu ciptaannya. Ayah pintar juga di bidang seni musik, pernah aku mendengarkannya menyanyikan lagu ciptaannya untuk aku, dan ibuku bertepuk tangan saja.
       Ayah yang hebat, berani bertanggung jawab ketika ia emosi. Aku tersenyum dan menendang-nendang di perut ibu. Ibu merasa di gelitiki oleh aku. 
       Itu pertama kali aku sudah bertumbuh besar. Aku bersyukur karena orangtuaku cinta dengan seluruh alunan jiwa, petikan gitar itu membuat aku menendang perut, itu pertama kali aku bermain alat musik.
       Aku sudah di beri makanan, yang masuk dari tenggorokan, sebagian makanan masuk ke Usus, dan sebagiannya aku makan. 
        Ibuku bernyanyi suaranya merdu sekali, aku senang di mana aku masih di kandungan. Aku ingin di masa-masa kandunganku ini lebih bahagia di kehidupan nyata.














Rumah Sakit 
Mengapa terjadi ibu selalu menjaga aku didalam perutnya. Terjatuh hingga mengancam aku keguguran. Pingsan ibu keluar darah yang banyak, aku berdoa kepada Tuhan, jagalah ibu, dan Tubu. 
         Ayah masih di kantor, aku terus berdoa semoga ayah bisa pulang cepat. Ku memohon di dalam rahim ibu. Memohon agar ibu masih tetap hidup seribu tahun lagi bersamaku dan ayah.
         Tuhan bantu ibu bertahan hingga bisa melahirkanku secara normal. Kejadian itu membuat aku tetap bersyukur ayahku datang dengan cepat, ayah menghampiri ibu, dan berkata “ Bertahan Bu, semuanya akan baik-baik saja “ tak tahu ia berkata kepada ibu atau Tubu, yang pasti aku dan ibu yang harus bertahan.
            Memulai dari sini aku menangis di dalam rahim ibu. Menendang-nendang agar ibu tahu aku masih tetap hidup di dalam rahim ibu.
            Jika aku terlahir di dunia ini, maka aku akan menghormati orang yang tua dari ku dan aku akan bersyukur kepada Tuhan apa pun yang ia beri kepadaku. 
            Aku mendengar suara ibu berbicara “ aku terus menendang-nendang perutnya, agar ibu tidak cemas, bahwa aku masih hidup di rahimnya. “ Di dalam rahim aku berbicara.
            Ada guncangan turun dari tangga, ibu di tuntun ayah ke meja dokter. Dan berkata begini.
           “ Ibu normal, tetapi anak ibu akan cacat, bila ibu tidak menjaga kesehatan dan pikiran “ Dokter, memakai baju putih celana hitam.
           “ Aku harus kerja dok, membuat makanan, menyuci, dan menjemur pakaian “ ibu menahan kecemasan.
             “ Memang itu perlu, tetapi, seminggu ini jangan dahulu kerja yang berat-berat ya, bu. Bila ibu ingin anak yang di kandungan sehat. “ Dokter mencatat resep obat ke apotek “ Obatnya Tiga kali sehari, ya bu habis makan. Obatnya di minum teratur, agar normal kembali “,
             “ Iya dok “ Ibu, ayah hanya terdiam dan cemas sepertinya.
        Sudah selesai dari rumah sakit, ibu dan ayah membawaku ke rumah, dari situ aku tetap bersyukur jika aku tidak ada di dunia nanti, asalkan ibu masih tetap ada di dunia.
        Bila ibu tidak ada, maka aku siap untuk tidak ada di dunia. Dalam rahim ibu aku mengatakannya.




Kembali ke Isal 
Aku isal sudah selesai membacanya, aku yakin hidup ini tidak bisa di tentukan dari kita, yang bisa menentukan hanya tuhan.
     Berkali-kali aku ulang kalimat demi kalimat, bahwa benar Kak Adis, buku ini membuatnya menangis. Aku juga menangis berkali-kali membacanya berulang-ulang.
       Mungkin aku akan membacanya lagi, tapi nanti, aku mengetik terlebih dahulu apa yang ada didalam buku ini. 
        Aku juga sudah naik kelas Tiga Sekolah Dasar. Jadi aku siap menerima bahasa yang tersulit di dunia itu. Bahasa tubuku, atau bahasa Isyarat.
         Yang di inginkan aku hanya bertemu Tubu sekali lagi, bahwa buku yang ia tulis begitu banyak arti. Sambil menulis aku juga belajar bahasa tubuku itu.
         Memilih mati dari pada hidup di makhluk yang saling membenci dan beranggapan sudah mati. Aku lanjut menulis sedikit lagi akan ada guncangan yang akan membuat kamu akan menangis dalam hati dan menangis dalam-dalam.

                 
















Berumur Satu Bulan Seminggu
Baiklah kembali lagi denganku yang masih tertanam diperut ibu. Sore sekarang, ibu asik menulis perlengkapanku ketika bayi. Sore ini aku bosan, aku hanya mendengar kata hati ibu saja. Aku mendengar bahwa aku akan di beri nama yang sangat bagus.
         Tetapi ibu masih merahasiakan tentang aku ini. Semoga ibu tetap berada di dunia ini, aku ingin ibu masih ada disini. Jika ibu tidak ada, lebih baik aku yang tiada. Tetapi itu tergantung tuhan, aku percaya bahwa Tuhan itu ada di setiap umat. Jika tidak ada agama di setiap umat, maka sesungguhnya manusia itu tidak ada tujuan hidup.
           Sebentar, ibu terkena penyakit, penyakit itu membuat aku bisa tidak ada didunia, dan ibu pun sama tidak ada di dunia. Aku tidak tahu apa penyakit ibu, tetapi ada masalah di servik alat produksi wanita.
          Ibu masih tetap mempertahankanku, ibu aku siap jika aku tidak di lahirkan di dunia ini. Tetapi ibu harus tahu, aku akan berada di hati ibu. Ibu harus tahu, bila ada yang menyakitimu, maka diriku sedang disakiti, jika ibu di hina, maka aku yang berada di dunia ini di hina. (Dalam Perut). Setiap aku berkata di dalam perut, perut ibu bergema seperti di Goa.
          Aku merayakan setiap hari aku masih berada di rahimnya. Tak lewat bahwa aku masuk ke rahim ibu jam 12.33.25WIB, setiap jam segitu aku selalu merayakannya dengan gendang dan berkata. Semoga ini akan menjadi hari yang penuh dengan sejarah, karena ibu sudah sedikit pulih. Aku ingin ibu yang berada di dunia, jika aku berada di dunia, bahwa aku sedang menutup surga di telapaknya untuk adik-adik nanti.
           Menangis di kamar tak henti-hentinya, sembari berkata berhadapan ke atas begini: “ Tuhan, bagaimana anak ini, apakah harus aku gugurkan, bahwa ia untaian bunga seperti pahlawan yang gugur. Beri aku jalan ini, petunjuk, apakah aku harus mengorbankan. “ Ibu menangis. 
         Aku menjawab: “ Tuhan, biarlah aku tidak ada. Maka aku sedang meluangkan surga untuk adik-adikku nanti. “ Di rahim ibu.
         Aku tetap bersyukur apa yang akan tuhan kasih kepadaku, aku percaya kepadamu, apapun itu sudah takdir. Siapa yang akan dijemput tuhan. Ini akan menjadi pertaruhan yang sangat tidak disangka, siapa yang akan meninggalkan dunia lebih dulu, apakah aku atau ibu. Simak ceritanya.

    





 2 bulan

Tepat di Febuari akhir aku masih menunggu sembilan bulannya aku akan melahirkan. Bulan dan bintang di angkasa ibu berdoa terus saja, tak henti-hentinya setiap saat. Ibu ingin melahirkanku di dunia yang katanya indah, bisa melihat ibu nanti. 
       Ayah berpesan jika kamu di dunia, maka kau makhluk hidup. Jika kau tidak ada di dunia ini, maka kau berada di surga. Itu pesan ayah ketika di rumah sakit. Rumah sakit harus menggunakan BPJS. 
                “ Surgaku ternodai, badai mengelilingi bumi, telapak tanganku di basmi, percuma aku hidup kalau ada satu yang meninggalku saat ini “ ibu bertatap ke jendela kamar dengan gorden berkibar kencang dari angin Kipas.
                  “ Aku yakin, bahwa ini takdir kita, apapun yang terjadi, serahkan saja ya, “ Ayah di ranjang bersama ibu, sedang baring.
         Itulah percakapan ibu, makan sebentar lagi, aku lahir, dan di kelahiran ini akan menjadi saksi dimana aku berada di surga atau dunia.
         Maafkan aku ibu, ayah, jika di rahim membuat kalian cemas dan menyusahkan. Oh ibu, ayah. Bila ini terjadi aku bersyukur, ucap itu terus berada di tulisan ini. Membahas mimpi ibu di Bab sebelumnya.
       
    













      Mimpi ibu 


Ayah menyeruput kopi, ibu tertidur, dan terbangun. Menguap dan menrentanglan tangan. Memegang perut ibu, tak sadar bahwa aku tidak ada di rahim ibu. Mengucak-ucak mata, menggaruk rambur, membersihkan kamar. Barulah sadar, tak ada rasa berat dari kemarin, ketika menyentuh perut, aku hilang.
           “ Ayah.......“ Ibu (berteriak) terus menerus. Ayah langsung menjatuhkan gelas, tak disengaja ya langusng ia lari dari ruang tamu.
            “ Kenapa bu.” Ayah bergesah-gesah.
            “Lihatlah yah, anak kita tidak ada dalam perutku. “ Ibu, menjerit.
            “ Waduh, kok hilang, apakah, kau sudah menggugurkannya “ Ayah emosi.
             “ Tidak yah, aku berani sumpah, “ ibu 
             “ Terus kemana, “ Ayah 
              “ Tidak tahu “
               “ Kamu ini, tidak ada jujurnya sama sekali. “ Ayah menampar ibu, dengan keras aku melihatnya ibu kesakitan, dan terjatuh dari tempat tidur dan ibu merasa sakit di punggung.
                “ Haduh, “ Terbang ibu dari jatuhnya dari tempat tidur.
                “ Kenapa, Bu “ Terbangun ayah dari suara ibu yang kesakitan. 
                “ Ibu kok bisa jatuh, “
                “ Tadi ibu ngigo “
                 “ lain kali hati-hati Bu. Ayo kita kue rumah sakit. “
                  
           Ibu berada di rumah sakit, selesai memeriksa, bahwa dokter menerangkan, akan ada cacat di bagian Indra katanya si dokter. Aku menjawab, “ Kenapa aku tidak bisa berkata di dalam rahim ibu lagi ya, kok bisanya berkata dihari yah”
            Bahwa mimpi itu akan membuat aku membenci bermimpi, jika aku bermimpi, aku hanya percaya diri, apapun itu bahwa aku membenci bermimpi. Ibu bermimpi tak baik, tetapi aku bebti mimpi, mimpi itu hal yang fiksi bagiku. Bermimpi hanya manusia yang tidak percaya pada potensi dirinya.
           


   Di rumah sakit
Banyak sekali lalu lalang berbaju warna putih, aku kira mereka seperti yang pernah ada dalam mimpi ibu. Tak ingin aku melihat ke sana. Aku tetap ada didalam tubuh ibu yang sedang sakit pendarahan yang cukup banyak, melihatnya aku jijik.
         Ibu sudah siuman, segera pulang naik sepeda motor calon ayahku, dan calon ibuku naik dibelakang calon ayah nanti untukku.
         Aku melihat calon ibu untukku selalu memegang perut, bahwa aku tidak kenapa-kenapa calon ibu dalam hatiku. Calon ayah ngerem dadakan, aku terguncang didalam perut ibu. Bolehkah aku melihat ini semua. Calon ibu itu sudah tidak ada, calon ayah sudah tidak ada, aku dilahirkan dan mati disurga.
       Mereka calon orangtuaku, dan aku sudah ditakdirkan tidak ada didunia. Mungkin ini akhir ceritaku, bahwa isal sudah SMP. Sudah besar sekali, ia pun sudah lancar bahasa isyarat, aku senang melihatnya di atas awan ini, yang bergerak dan berbentuk abstrak.
        Kisahku sudah berakhir, dan ini pertemuan kedua dariku, dimana aku turun dari awan menjelma menjadi manusia. Dekati isal. Didalam rumahnya, aku menjadi anak bayi disamping pintu rumah keluarga isal.
        Aku sengaja merengek, agar keluarga isal bisa langsung menggendongku dan masuk, dingin sekali diluar waktu subuh. Pertama yang keluar si isal menengok dari jendela mengeset gorden berwarna hijau.
                      “ Apa itu, anak bayi “ putra langsung mengetuk pintu kamar orangtuanya. 
                                 Tok-tok-tok suara ketukan berkali-kali
                     “ Apa sal, “ ayah mengucak-ucak matanya, ibu melihat jam Beker menuju jam 3 subuh.
                     “ Ada anak bayi di depan  pintu, yah “ isal cemas
        Ayah bergegas ke ambang pintu, melihat bahwa anak bayi itu langsung dibawa kedalam rumah. Ibu terbangun karena bunyi suara tangisan bayi itu mengundangnya ke ruang tamu. Aku terdiam melihat anak bayi itu.
       Ibu melihatnya takjub, seperti ada keajaiban, karena orangtua isal sudah tidak akan dikaruniai anak lagi, karena rahim ibu sudah diangkat. Dan ini anugrah dari Tuhan yang begitu indah.
       Bayi itu diberi nama oleh ayah, namanya MARTUBU. Semuanya heran karena nama itu sangat aneh dan baru aku dengar. Ayah memberi nama itu karena ada yang membisiki ditelinganya. Inilah awal aku menjelma menjadi manusia, sangat lama berusia sekitar 12 tahun. 
        Aku dirawat seperti anaknya sendiri. Ternyata dunia ini indah, masih ada manusia menerima karunia dari Tuhan, dan kita sebagai manusia seharusnya bersyukur, kapan kita ada didunia, maka kita syukuri kenikmatannya.
        Menganti popok, bermain dengan isal, tak mengapa ia mengerakan tangan seperti bahasa isyarat. Ia sudah mendalami bahasa isyarat tersebut. Betapa gigihnya ia ingin bertemu denganku. Bahwa yang ia cari selama ini ada didepan matanya.
       Menanti aku ia lupa bahwa namaku martubu yang selama ini ia cari. Haruskah aku jujur, aku tidak ingin mengecewakan mereka, jika mereka sayangi aku, mungkin aku akan tetap menjadi anak bayi yang lucu.













     










     Isal belajar bahasa isyarat
Mungkin ini cara terbaik, jika aku akan selalu bersamanya, kau harus ngerti isal, pasti akan ada waktunya aku siapa. Bila aku ungkapkan semua, ini akan menyakiti kalian semua, bahwa Tuhan memberi berkat.
         Aku melihat ia menonton berita, hanya untuk melihat bahasa isyarat dibagikan bawah kiri. Aku tertawa anak bayi. Ia melihatku, aku langsung menangis. Isal menghampiriku, ia memperagakannya, tak sengaja aku mengerakan tanganku, aku lupa bahwa indentitasku tak boleh tertukar.
                    “ Adek, kok mirip kawanku sih “ isal menatapnya, dan aku pura-pura menangis “ Tidak mungkin ia kembali, ia sudah ada disurga. “ isal kembali menonton televisi, dan berbunyi iklan. Ia kembali ke dalam kelambuku.
         Ia masuk ke dalam kelambu anak bayi, si bermain denganku, aku tertawa. Dan aku siap jika hari ini akan menjadi besar, akan ku katakan semua yang terjadi, bahwa aku ini bukan manusia.
         Itu janjiku kepada Tuhan, tuhan izinkan aku kali ini aja merasakan bahagia didunia. Dan isal pun berkata “ Kau dimana, kawan, aku ingin bertemu hanya sedetik saja “ isal berkata di hadapanku.
         Betapa rindunya ia kepadaku, mungkin aku akan kembali hanya menjadi jelmaan manusia saja. Aku ini bukan manusia isal, aku hanya jelmaan yang ingin merasakan bahagia didunia yang indah yang diciptakan Tuhan.
           Melihat isal kembali menonton berita, ia asik memperhatikan bahasa isyaratnya saja, tak menyimak berita tersebut. Maklumlah ia masih anak kecil menuju pubertas. Semoga kau tahu sal, bahwa ada aku Yang selalu ada dalam hidupmu, aku kesini, agar kau tak merasa sendirian, dan tidak merasakan kesusahan hidup. Aku berharap kau sabar, menungguku untuk jujur.











Kemeriahan
Isal bertambah umur hari ini, dimana di ruang tamu ramai sekaki, bahwa kawa sekolah putra menyaksikan isal ultah. Ramai sekali, aku digendong ibu, melihat jadi dan kue sangat enak, kue ultah tersebut ada lilin angka 1 dan 2. Mungkin umur isal sudah Dua Belas Tahun.
          Bernyanyikan selamat ulang tahun dan tiup lilin, aku tak tahu apa yang ia harap. Tetapi aku akan terus bersamanya seperti ia ingin bersamaku terus. Terima kasih Tuhan tidak sia-sia aku di dunia ini. Aku bersyukur bahwa aku hanya jelmaan saja.
        Dan memotong kue, diberikan kepada kedua orangtuanya, berfoto dan dibelakang ada tulisan selamat ulang tahun. Dan aku berkata “ Selamat ultah sal, esok kau akan menjadi manusia yang berguna dalam hidupmu. “
        Serta aku sudah merasa lelah didalam kasur ini, aku ingin segera naik ke atas panggung bersama isal, tetapi ibu meletakan ku di atas kasur dengan kelambu. Dan di beri kipas angin kecil.
         Kemeriahannya begitu meriah bagiku. Karena aku akan ada bersanamu sal, terimakasih sudah pernah membantu. Bahwa aku harus jujur sekarang juga. Aku bertumbuh besar tinggal 2 tahun lagi aku bersamanya, hari terakhir, aku akan jujur padanya.



.





“ Aku akan ada bersamamu, aku akan jujur padamu, bahwa aku adalah jelmaan manusia yang senang tinggal dibumi, jika aku bisa lebih lama dibumi, mungkin aku ingin mati dibumi. Dan kita sebagai manusia harus bersyukur atas Tuhan yang beri. “ 
         
  Cerita ini khusus anak-anak 5+
  Khusus anak 5+ tahun ke atas.

       Buku anak berseri sampai benar-benar dinyatakan tamat.
Keunggulan naskah
Aku yakin buku ini banyak disukai anak-anak, belajar bersyukur kepada Tuhan yang maha esa. Unggulnya naskah ini banyak yang belum pernah terjadi di dunia ini. Semoga penerbit bisa menerbitkan naskah ini.

Kelemahan naskah
Naskah ini masih belum baku, semoga editor bisa memperbaiki ejaan yang benar. Karena aku masih pemula, dan aku akan terus berkarya, untuk literasi.


Sinopsis
Namanya isal, membantu Tubu yang bisu, dan mereka berpisah sangat cepat sekali. Ada buku tulisan dari Tubu dan isal belum bisa membaca, dan ketika bisa membaca ia membaca semua tulisan Tubu, dan isal harus bisa bahasa isyarat jika ingin bertemu dengan Tubu. Tubu berkata “ Bahasa paling sulit itu bahasa tubuku” menulis di kertas.




Karya orisinil dari penulis Cikarang.                           Membeli buku ini harus nama

                   (Martubu)                                                               (                    )


Kata pengantar:
Kepada Tuhan yang maha esa sudah memberi aku nafas, sampai saat ini aku akan berkarya demi dapat berkat yang baik. Kepada orangtuaku, saudara, adikku, dan kawan-kawanku, sudah siap menerima jika naskha ini ditolak penerbit. Maka aku akan belajar dari kegagalan. Ini pertamaku tulis cerita anak-anak, semoga penerbit bentang pustaka bisa menerima saya menjadi penulis. Terima kasih, salam literasi.
Cerita ini berseri, masih ada lagi yang harus aku tulis tentang tubuku ini. Semoga penerbit bisa kerjasama dengan aku.

Tubuku seri satu
Anak-anak

Tidak ada komentar:

Kumpulan Tulisan Martubu

Novel Keluarga Otoriter

Kenalkan aku Horas Samosir, anak si pangoaran dari samosir sidari. Sebentar aku ini lahir di Rajamaligas, Pematang Siantar. Ayahku seora...

Hukum Tubumar